HOW TO START HOME EDUCATION bagian-1

memulai-HEBerawal dari mimpi untuk menjadi orang tua yang sholeh-sholehah bagi anak-anak kami. Berharap dapat menemani serta mengantarkan mereka tumbuh & berkembang menjadi anak-anak sholeh-sholehah yang kelak dapat menjalankan peran peradabannya / misi spesifiknya sebagai khalifah di muka bumi ini. Kami pun dipertemukan Allah dengan para orang tua hebat dalam grup HE-BPA (Home Education -Berbasis Potensi & Akhlak), dalam rangka sama-sama belajar dan berbagi ilmu. Diskusi perdana di grup WA HE-BPA pada tanggal 27 November kemarin membahas tentang “HOW TO START HOME EDUCATION?” yang diisi langsung oleh Subject Matter Expert (SME) tetap kami yaitu Bapak Harry Santosa (founder MLC sekaligus praktisi HE sejak 1994).

Panduan bagi Home Education/HE, adalah menjaga fitrah yang baik dengan cara MENUMBUHKAN dan MENGELUARKAN fitrah-fitrah baik (inside out) yang Allah karuniakan kepada anak-anak kita. Bukan proses penjejalan/ “outside in”. Diantara Fitrah itu adalah bahwa setiap anak yang lahir adalah pembelajar yang tangguh. Potensi fitrah belajar ini harus dibebaskan dan tidak boleh kaku dan dalam tekanan nilai.

Mendidik secara “Inside out” adalah dengan:
1. Menyadari bahwa setiap anak telah terinstal setidaknya 4 fitrah utama, yaitu:
a. fitrah keimanan,
b. fitrah pembelajar yang tangguh,
c. fitrah potensi bakat,
d. fitrah perkembangan
2. Membangkitkan kesadaran atas fitrah itu dengan cara dan metode yang sesuai tahap perkembangannya.
Contohnya untuk usia 0-7 tahun, mencontohkan amal sholeh dan akhlakul karimah, menginspirasi kisah-kisah kepahlawanan orang-orang besar, membangun imaji-imaji positif tentang Allah, tentang ciptaan Allah pada alam, pada diri, pada masyarakat dll adalah proses “inside out” . Tetapi memaksanya dengan flashcard, menyuruhnya membaca satu buku sepekan , menargetkan belajar, memaksanya sholat dll adalah “outside in”. Kita tidak yakin pada fitrah ciptaan Allah bahwa anak kita adalah pencinta ilmu, pembelajar tangguh, dll

Ini yang pak Harry sebut merusak fitrah karena ketidakyakinan orang tua akan karunia Allah swt. Sudah banyak riset yang membuktikan bahwa anak-anak adalah pembelajar yang tangguh, kita hanya perlu membangkitkannya dengan menginspirasi, keteladanan, keikhlashan, ketulusan dsbnya.
Sejak anak dalam kandungan sampai lahir pada galibnya sudah mengalami home education. Tugas HE itu sampai anak kita berusia aqil baligh. Kalau wanita ada special exception, yaitu sampai pindah wali alias menikah, walau kemandirian dan kedewasaan tetap harus disiapkan ketika berusia aqil baligh.

Secara umum tahapan usia dibagi sebelum aqilbaligh dan sesudah aqil baligh, kemudian dibreakdown menjadi 4 tahap, 0-7 tahun, 8- 10 tahun, 11-14 tahun, 15 tahun >. Pada setiap tahap itu fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah perkembangan akan “dididik” sehingga fitrah itu tumbuh secara utuh dan mencapai insan kamil pada waktunya. Tazkiyatunnafs orangtua atau pensucian atau penyadaran jiwa ini adalah sebagai pembuka untuk memulai pendidikan keluarga.

Menjalankan HE adalah perubahan mindset yang mengakar, umumnya kita terlalu banyak memaknakan pendidikan dengan persekolahan akademis, parenting pengasuhan, cara-cara manipulatif agar anak rajin belajar dstnya tanpa mempertimbangkan fitrah-fitrah tadi. Contohnya melatih disiplin, ini adalah area performance karakter, dan karakter anak terkait sifat-sifat produktifnya. Anak-anak akan mampu berdisiplin dengan baik atas keinginannya sendiri, yaitu apabila melakukan aktifitas yang sesuai minatnya dan sifat produktifnya. Membantu anak-anak agar disiplin, tentu berbeda antara anak-anak yang suka beres-beres dengan anak-anak yang suka berkreasi, antara anak yang suka memimpin dengan anak yang suka kompetisi dstnya. Potensi anak ini akan dibahas pada pembahasan mengenal potensi anak. Contoh ini untuk anak yang sudah terlihat potensi dan minatnya biasanya di atas 7 tahun. Namun untuk usia di bawah 7 tahun tentu “disiplin” akan berbeda. Pada usia ini anak-anak lebih membutuhkan keteladanan sehari dan imaji-imaji positif terhadap suatu aktifitas, sehingga mereka menyukainya dan terbiasa. Sulit menyuruh anak di bawah 7 tahun sholat dengan “disiplin” bukan? Karena fokusnya bukan pada disiplinnya tetapi imaji-imaji positif tentang sholat di dalam benaknya, bagaimana ayah bunda nya sholat dengan bahagia dan ceria, bagaimana mereka boleh main kuda-kudaan di punggung ayahnya ketika sholat dll.

Anak-anak di bawah 7 tahun belum punya idea tentang nilai, value dll. Ego mereka besar, mereka merasa pusat alam semesta. Yang mereka tahu mana yang nyaman utk diri mereka dan mana yang tidak nyaman. Rasulullah saw juga membiarkan cucunya Hasan ra dan Husein ra menaiki punggung beliau hingga puas.

Besok-besok mereka akan suka banget lihat ayahnya sholat, lihat bundanya ceria setiap dengar adzan, karena sesuatu yang nyaman dan menyenangkan. Lama-lama mereka mulai ikut-ikutan wudhu, ikut-ikutan sujud, minta kopiah dan sarung, minta diajak ke masjid (cari masjid yang bacaannya toleran sama anak-anak). Makin lama rasa suka ini membangkitkan fitrah keimanannya, ajak ke alam, kenalkan bahwa planet-planet juga sholat, burung-burung juga sholat dengan merentangkan sayapnya, dstnya. Maka ketika perintah sholat di usia 7 tahun, maka seperti pucuk dicinta ulam tiba.
Ayah bunda silahkan berkreasi menciptakan imaji-imaji positif ini melalui eksplorasi di alam, kisah-kisah dalam alQuran, cerita lucu namun inspiratif, kisah pahlawan dan para Sahabat Nabi atau orang-orang besar dstnya. Jadi fitrah keimanannya lahir melalui kesadaran. Pada usia 0-7 tahun , selain belajar di alam/senso motorik, kisah-kisah, tradisi lokal yang baik, juga bahasa ibu. Bahasa ibu ini penting dan akan menjadi bahasan khusus.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita memulai” home education?” Apa yang harus kita lakukan untuk memulainya? Kita awali dengan sedikit renungan terlebih dahulu.

Renungan Pendidikan #1
Sesungguhnya hanya kedua orangtualah yang paling kenal potensi keunikan anak-anaknya. Dari sanalah karakter-karakter baik dikembangkan dan disempurnakan dengan akhlak mulia. Kedua orangtuanya lah makhluk yang paling mencintai dengan tulus anak-anaknya. Orangtua sejati adalah mereka yang menginginkan kebahagiaan anak-anaknya lebih dari apapun di muka bumi. Dunia persekolahan adalah dunia yang tidak pernah mengandung anak-anak kita, tidak pernah melahirkan anak-anak kita bahkan tidak pernah diberi amanah oleh Allah swt sesaatpun juga, karena itu persekolahan bukanlah dunia yang sungguh-sungguh mampu mengenal dan mencintai anak-anak kita dengan tulus dan ikhlash.

Bukankah anak kita adalah alasan terbesar dan terpenting mengapa kita ada di muka bumi ini? Merekalah sebagai amanah mendidik generasi peradaban bagi dunia yg lebih damai dan sebagai amanah yang akan membanggakan Ummat Muhammad di yaumilqiyamah kelak.

Membangun “home education” bukanlah pilihan tetapi KEWAJIBAN setiap orangtua, porsi kuantitas waktu dan kualitas perhatiannya mesti jauh lebih banyak bahkan meniadakan porsi persekolahan.
Sayangnya banyak orang tua yg menganggap kewajiban mendidik telah selesai ketika anak-anak berada sepenuh waktu di sekolah dan di lembaga-lembaga kursus. Obrolan tentang pendidikan adalah obrolan seputar ranking, ijasah, prestasi-prestasi akademis dan tugas-tugas sekolah yang dibawa ke rumah, bukan tentang mengembangkan karunia fitrah yg anak-anak kita miliki.

Mari kembalikan fitrah kesejatian peran orangtua, kesejatian fungsi rumah, kesejatian pendidikan, kesejatian anak-anak kita. Jangan sekali-kali merubah fitrah kesejatian itu semua karena itulah sesungguhnya penyebab berbagai krisis dan kerusakan di muka bumi.
—————————————————————————————————————–
Mungkin ada yang masih bingung dengan pernyataan ‘meniadakan porsi persekolahan’ diatas. Persekolahan adalah lembaga pengajaran bukan lembaga pendidikan. Sekolah mengajarkan anak skill supaya pandai (misalnya pandai besi) dan mengajarkan knowledge supaya pintar (pintar matematika, kimia). Jangan sampai porsi mendidik dikalahkan oleh porsi mengajar, pada tahap awal perkembangan anak (0- 7tahun) justru porsi sekolah sebaiknya ditiadakan karena tahap ini sepenuhnya tanggungjawab orang tua. Pada tahap mulai bergeser dari ego ke sosial awal (8-10 tahun) boleh peran pendidik komunitas atau jamaah mulai masuk, Namun tetap fokusnya untuk menggali potensi-potensi fitrahnya bukan skill & knowledge formal. Pada tahap usia 11-14 tahun ketika anak-anak mulai menjelang aqilbaligh (usia 15 – 16 tahun), ketika mulai ajeg aqidahnya, sholatnya, bakatnya mulai konsisten, dll maka pengajaran skill dan knowlegde yang relevan dan mendukung bakat dan karakternya boleh dikembangkan.

Meng-outsource pendidikan anak ke pihak lain idealnya dan sebaiknya secara penuh setelah anak berusia aqil baligh. Sejak usia 0-7 tahun sebaiknya orangtua full bersama anak-anaknya. Usia 8-14 tahun boleh dikombinasi dengan tahapan dari seminimal mungkin kombinasi sampai optimal di usia 14 tahun. Tanggungjawab penuh tetap pada orangtuanya.

Program dan portofolio atau personalized education anak kita tetap di tangan kita. Inilah peran pendidikan orangtua, yang sejak bergabung di group ini telah kita mulai perlahan-lahan.. Jangan khawatir, banyak best practice yang proven dari Bunda Septi dkk yang akan dishare, yang sesuai konsep pendidikan sejati.

Pendidikan berbeda dengan persekolahan. Kurikulum pendidikan nasional hanya memadai untuk persekolahan, dan jauh memadai dari pendidikan secara utuh. Persekolahan hanya fokus pada skill, knowledge, serta sedikit karakter.
Bersekolah maupun tidak, peran kita harus dominan. Sayangnya, biasanya dominasi sekolah membuat para ortu hanyut dalam prosesnya. Lingkup Mendidik akhirnya menyempit menjadi membuat PR, menyiapkan ujian, membantu tugas-tugas sekolah dstnya. Pastikan ini tidak terjadi, jika terjadi sesungguhnya kita menyia-nyiakan masa mendidik anak-anak kita.

Bayangkan istilah “Pekerjaan Rumah” sudah berubah maknanya, seharusnya adalah aktifitas bersama di rumah menjadi tugas-tugas sekolah dan diberi nama pekerjaan rumah. Anak-anak kita, sepanjang hari dalam hidupnya sebelum mencapai aqilbaligh, memerlukan pendamping yang telaten, ikhlash, penuh cinta, memahami dan bersabar tingkat tinggi terhadap potensi dan karakter uniknya. Mohon maaf, pak Harry meragukan ada lembaga bisa seikhlash, sepenuh cinta, sepenuh sabar seperti Ayah Bunda semua. Jadi jangan sia-siakan waktu kita dan waktu anak kita dalam pendidikan.

Tentang boarding school/pesantren/asrama bagi anak-anak. Tentu menitipkan anak pada “keluarga sholeh” (sosok ayah bunda lengkap) juga dianjurkan Nabi saw, namun menurut pak Harry, jika menyimak sirah Nabawiyah, itu setelah usia 8-9 tahun dan tidak full, karena sosok ayah bunda mesti tetap hadir sampai usia aqilbaligh. Nabi mulai diasuh oleh paman dan kakeknya (komunitas) sejak berusia 8-9 tahun, dibawa magang ke Syams dsbnya.

Ulama Indonesia dahulu membangun tradisi Surau di Sumatera, anak-anak yang berusia 8-9 tahun ke atas, malu kalau masih tidur di rumah. Nah ini adalah kombinasi pendidikan keluarga dan komunitas dalam rangka persiapan aqil baligh. Anak-anak pada usia itu mulai memahami nilai sosial, ego nya bergeser kepada kesadaran dirinya sebagai makhluk sosial. Jadi sangat baik jika mulai berada pada sosial masyarakatnya. Perlahan-lahan sesuai tahapan usianya. Sampai aqil baligh dan mandiri. Namun surau maupun pesantren tempo dulu ini ada dekat-dekat rumah dan konsepnya bukan asrama/ boarding tetapi stayhome. Dititipkan pada Kyai dan Nyai Pesantren atau rumah ustadz di sekitar pesantren.

Sebagai manusia tentu kita memiliki keterbatasan dalam ilmu dan pengetahuan tertentu dan memang perlu dibantu oleh jamaah/komunitas atau juga ulama/maestro.
Namun perhatikan tahapan usia kapan dititipkan dan perhatikan bahwa Islam mengenal homestay namun tidak mengenal boarding. Perlu juga diingat bahwa mendidik akhlak dan keimanan berbeda dengan memahami ilmu agama.

Saat kita bercerita tentang Rasulullah, para sahabat maupun sejarah orang-orang besar kepada anak-anak, tentu adegan kekerasan dan bahasa kekerasan dihindari / diskip aja. Apalagi usia 2-9 tahun. Seorang Sahabat bahkan menasehati Bahwa mendidik keberanian anak, bukan dengan pedang namun bahkan dengan mendidik Sastra.

Rasulullah saw adalah orang paling lembut tuturnya, halus bahasanya, namun paling pemberani. Hati dan jiwa yang penuh cinta dan keharmonian akan rela syahid demi melawan kezhaliman. Kita bisa menonjolkan aspek sastra kepahlawanannya daripada kekerasannya misalnya kisah Hindun mengunyah Jantung Hamzah, ini di skip saja, tidak jelas juga manfaatnya. Kisah peperangan tidak perlu terlalu ditampilkan rinci, misalnya sampai diceritakan siapa menusuk siapa pada bagian mana.

Memulai ‘Home Education’ adalah memulai untuk mendidik diri kita sebagai orangtua. Memulai mendidik diri kita sebagai orangtua adalah diawali dengan membaca ayat-ayat Allah, baik Qouliyah maupun Kauniyah, kemudian mensucikan diri kita untuk mengembalikan fitrah-fitrah yang baik yang Allah telah karuniakan kepada kita. Mengembalikan kesadaran akan peran-peran kesejatian kita sebagai orangtua. Pekerjaan mendidik adalah pekerjaan para Nabi sepanjang sejarah. Tiada aktifitas dan peran paling penting di dalam rumah kita kecuali peran dan aktifitas mendidik anak-anak kita.

Mendidik anak-anak kita adalah membangkitkan kesadaran fitrah anak-anak kita, Karenanya para orangtua perlu mengawali dengan mengembalikan fitrah-fitrah baiknya melalui tazkiyatunnafs lebih dulu. Fitrah yang baik pada anak-anak kita akan bertemu dengan fitrah yang baik yang ada dalam diri orangtua nya. Apa yang keluar dari fitrah yang baik, akan diterima oleh fitrah yang baik. Fitrah keimanan pada anak-anak kita akan bertemu dengan fitrah keimanan kedua orangtuanya. Fitrah belajar pada anak-anak kita akan bertemu dengan fitrah belajar kedua orangtuanya. Fitrah potensi bakat pd anak-anak kita akan bertemu dengan fitrah pengakuan potensi anak-anaknya sebagai karunia Allah swt, dari keduaorangtuanya. Fitrah tahapan perkembangan sesuai sunnatullah pertumbuhan anak, akan bertemu dengan fitrah pengakuan bahwa segala sesuatu di muka bumi memiliki sunnatullah perkembangannya masing-masing. Dan seterusnya Tanpa memulai dengan ini maka perjalanan home education adalah perjalanan yang menjauh dari fitrah, berisi obsesi-obsesi dan kecenderungan merusak fitrah karena ambisi tertentu maupun ketergesaan dalam tahapannya. Jadi memulai HE berawal dari bagaimana kita para orang tua membangkitkan kesadaran fitrah kita sendiri dengan melakukan tazkiyatunnafs atau pensucian jiwa.

Dengan fitrah Allah itulah manusia diciptakan, tidak ada yang berubah dari ciptaan Allah. Pada galibnya fitrah tidak dapat berubah, yang terjadi adalah tersimpangkan atau terpendam selamanya. Inilah peran kita, sebagai orangtua, yaitu menemani anak-anak kita untuk menjaga fitrahnya agar tidak tersimpangkan atau terpendam. Menemani anak-anak kita untuk menjaga fitrahnya adalah karunia tiada terkira, sehingga kitapun sebagai orangtua dalam proses mendidik fitrah ini, jika konsisten maka akan ikut terjaga fitrahnya. Kita akan menemukan banyak keberkahan dan banyak perbaikan dari fitrah-fitrah kita yang menyimpang sepanjang kita mendidik anak-anak kita sesuai fitrahnya. Misalnya berapa banyak orang yang keras hatinya lalu menjadi luluh hatinya dan taubat hanya karena “melihat” anaknya melakukan sesuatu atau karena ditegur oleh anak yang masih bersih fitrahnya dsbnya.

Apalagi jika kita terus bersama mendampingi mereka dalam keseharian mereka hingga aqil baligh.
Dalam surat Al-Jumu`ah: 2 – “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”

Ayat ini adalah jawaban atas Doa Nabi Ibrahim alaihisalam tentang generasi yang akan dibangkitkan dari keturunannya.

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS 2 Al Baqoroh Ayat 129)

Ada tahapan berbeda dari kedua ayat.
Doa Nabi Ibrahim as adalah “pembacaan”, “pengajaran” kemudian “pensucian”
Jawaban Allah adalah “pembacaan” dan “pensucian” dahulu baru kemudian proses “pengajaran” (ta’limunal-Kitaba walHikmah).

Kata Tazkiyah atau pensucian oleh beberapa ulama dimaknakan sebagai Tarbiyah atau menumbuhkan fitrah yg merupakan inti pendidikan itu sendiri, Sedangkan pengilmuan atau pengajaran bersifat pemberian skill & knowledge.

Ada hadits yg mengatakan jika seseorang fitrahnya masih lurus, andai bertemu Nabi Muhammad saw, maka pasti langsung beriman. Melakukan tazkiyatunnafs adalah mengembalikan kesadaran-kesadaran kita akan fitrah-fitrah yang baik pada diri kita. Tujuan tarbiyah atau pendidikan bagi siapapun adalah lahirnya kesadaran yg tinggi. Kesadaran yang tinggi akan keimanan, janji-janji dan syahadah kita pada Allah swt, kesadaran kita pada peran dan misi penciptaan, kesadaran bahwa tiap makhluk diberi jalan kebaikan oleh Allah swt dstnya. Tentu saja dengan banyak bertaubat, memperbanyak kedekatan dgn Allah dengan amal ibadah dan amal sholeh, meninggalkan maksiat, waro terhadap yang halal dan syubhat serta menjauhi yang haram. Orangtua kita dahulu menyebut dgn kata-kata sederhana, “tirakat buat anak”. Maksudnya menjalani thoriqot perbuatan-perbuatan baik agar menjadi bekal bagi keberkahan dan keshabaran dalam mendidik anak.

Ketika kita semakin dekat dengan Allah, doa-doa terpanjatkan setiap saat untuk anak-anak kita, maka kesadaran-kesadaran akan lahir, cara kita memandang anak kita akan berbeda. Kita tdk obsesif, rileks dan tdk panik, yakin akan janji-janji Allah, mengakui fitrah-fitrah baik dan sifat-sifat unik anak-anak kita dengan positif dan baik sangka. Ketenangan jiwa, baik sangka pada Allah, keyakinan bahwa tiada anak yang dilahirkan buruk dstnya akan membuat kita memiliki pensikapan yang baik dan benar terhadap perjalanan pendidikan anak-anak kita.

Kita sungguh memerlukan pijakan yang kokoh, jiwa-jiwa yang full ridha menjalaninya. Sejujurnya HE ini melawan arus baik konsep maupun praktek pendidikan yg umumnya kita samakan dengan persekolahan atau pengajaran. Pendidikan sebagaimana pengantar diawal adalah proses “inside out”, membangkitkan fitrah-fitrah dalam diri anak-anak kita
Bukan proses penjejalan /”outside in”.

Setiap anak kita terlahir dalam keadaan fitrah (fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah perkembangan dll), namun semua fitrah itu adalah potensi-potensi terpendam, maka tugas kitalah untuk mendidik/membangkitkan/menumbuhkan potensi fitrah itu agar anak-anak kita mencapai peran peradabannya atau misi spesifiknya sebagai khalifah di muka bumi.

Diantara empat fitrah utama yang ada pada anak tersebut ada fitrah bakat. Dalam proses mengenali bakat/ potensi keunikan anak, bisa dimulai dengan pengamatan. Para orang tua pasti sudah mengenal keunikan sepintas tiap anak sejak dalam kandungan. Pada usia 0-7 terlihat dari aktifitas-aktifitas yang dia sukai. Jika seneng bersih-bersih sejak usia 8 bulan, maka akan terus begitu sampai usia 80 tahun. Mulai usia 8-10 tahun, perbanyak wawasan dgn beragam aktifitas yang menjadi minat dan kesukaan produktifnya. Persekolahan mulai tingkat dasar dstnya biasanya tidak memberi peluang dan waktu cukup bagi anak-anak untuk berbagai aktifitas yang diminatinya, kecuali Ekskul, itupun jika ada. Anak-anak fokus pada pembelajaran akademik formal. Anak-anak yg memang berbakat dan bergaya akademik formal mungkin cocok dgn model persekolahan, namun banyak anak-anak juga yang tidak cocok dengan model demikian. Misalnya hanya suka bahasa, hanya suka robot, hanya suka gambar, hanya suka ngomong dll.

Jika wawasannya bamyak dan beragam maka akan mudah ditemukan potensinya hanya dengan pengamatan. Tools dan pertemuan psikolog sebaiknya dilakukan jika ingin memastikan dan mendalami. Sepengetahuan pak Harry banyak psikolog tidak merekomendasikan fingerprint.

Dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11 Allah berfirman:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

Banyak yang menggunakan ayat ini sebagai argumen untuk belajar atau bekerja keras agar Allah mengubah keadaanya menjadi lebih baik. Padahal maksud ayat ini adalah agar manusia tidak mengubah fitrahnya (مَا بِأَنْفُسِهِمْ) sehingga masa depan kehidupannya menjadi lebih buruk.
‬Yang terakhir di atas adalah nasehat dari ustadzuna Ferous.

Memahami bahwa mengapa kita menamakan dengan Home Education bukan Home Schooling? Karena pendidikan berbeda dengan persekolahan, mendidik tidak sama dengan mengajar, HE bukanlah memindahkan sekolah ke rumah. HE bukan menjejalkan pengetahuan namun menyadarkan, membangkitkan fitrah-fitrah. Jika fitrah-fitrah ini bangkit maka anak-anak akan beriman dengan sendirinya, belajar tangguh dengan sendirinya, mengembangkan bakat dengan sendirinya, menjalani kehidupan sesuai tahap-tahap perkembangan dengan sendirinya. Memulai Teknis HE akan terasa mudah dan ringan jika kita memulai dari kesadaran ini.

Sebagai orang tua kita harus yakin terlebih dahulu bahwa kita mampu untuk bisa melakukan HE dengan baik karena sesungguhnya pada galibnya setiap orang tua sudah memenuhi kriteria dan syarat untuk menjalankan HE, karena sudah layak diamanahi karunia anak oleh Allah swt. Home Education hanya istilah yang mudah diingat untuk mengembalikan peran pendidikan kepada rumah atau keluarga. Amanah mendidik anak tidak bisa didelegasikan kepada siapapun. Lembaga rumah telah ada jauh sebelum ada lembaga-lembaga lain seperti sekolah. Pendidikan Usia 0-7 sepenuhnya tanggungjawab kita sebagai orang tua, usia 8-14 mulai perpaduan rumah dan komunitas/jamaah.

Tidak hanya para bunda yang berperan penting dalam menjalankan HE. Peran ayah pun tak kalah penting. Peran ayah dalam HE adalah seperti peran para Nabi terhadap keluarganya, yang bukan Nabi namun luarbiasa dalam mendidik adalah Luqmanul Hakiem, seorang ayah yang diabadikan namanya oleh alQuran karena wasiat-wasiatnya pada anak-anak nya. Mohon maaf belum ada nama ibu yang diabadikan sebagai nama surat dalam alQuran karena nasehat-nasehatnya.

Penelitian menyebutkan bahwa anak lelaki yang tidak dekat dengan ayahnya berpeluang ENAM kali kena narkoba. Sementara anak wanita yang tidak dekat dengan ayahnya akan (maaf) mudah menyerahkan kehormatannya pada pria yang bukan suaminya. Pak Harry mendapat info dari ust Adriano, tetapi belum dikonfirmasi sumbernya. Namun para psikolog dan penggiat parenting selalu mendorong peran ayah dalam pendidikan rumah. Ayah adalah sosok ketegasan, pembuat hukum dan penyedia sumber.

Semoga kita para orang tua dapat menjadi orang tua teladan terbaik bagi anak-anak kita. Karenanya kita butuh ilmu, butuh wawasan bagaimana mengantarkan & menemani tumbuh kembang anak-anak kita, apalagi di jaman digital sekarang dimana arus informasi begitu melimpah ruah hampir-hampir sulit dikontrol. Tak sedikit orang tua yang berharap anak-anaknya menjadi pembelajar yang baik namun sudahkah kita sebagai orang tua meneladankan untuk gemar belajar? Khususnya belajar menjadi orang tua yang sebenar-benarnyanya bagi anak-anak kita.

Bersambung…

Pelihara Si Nunda, Berbuah Derita

Ada yang agak sesak dalam hatiku. Bermula dari tadi pagi aku mencuci baju dengan agak terburu-buru karena mau nebeng Pita ke kampusnya yang sebelumnya mampir dulu ke AHAS untuk nyervis motorku. Alhamdulillah dalam kemepetan waktu tadi aku masih bisa mandi dulu. Masak tuan putri keluar istana kagak mandi, apa kata dunia??.. hihi..

Sampai di AHAS, belum ada satu pun motor yang datang tuk diservis, kondisi masih sepi dan beberapa teknisi terlihat berkumpul, tak boleh ku berfikir mereka ngerumpi, mungkin itu apel pagi ala tehnisi motor di AHAS kali ya. Dengan sigap seorang teknisi menghampiri ku.

“mau diservis mba?” Tanyanya.
“iya” jawabku.
Tanpa dikomando, tehnisi itu membawa masuk motorku dan segera mengeceknya.

Saat aku hendak pergi, karena aku memang berencana tak menunggu motor ku diservis. Banyak yang harus ku lakukan di kos.
“sebentar mbak, ini ada masalah di kampas belakang sudah aus, lampu depan mati satu, lampu belakang mati satu juga”

“memang kalo ganti semua jadi berapa mas?”
Mas tehnisi memberi isyarat supaya aku menuju kasir.

“ganti kampas belakang plus biaya pasang, lampu depan satu, lampu belakang satu, biaya servis, dipotong sepuluh persen jadinya 267.500 mba. Gimana?” Mba kasir menjelaskan.

“waaah, mahal banget mba… itu harus diganti semua?”
“ato lampunya nggak usah dulu, kan lampu satu lagi masih hidup jadinya 15.000 total….” Mbak kasir memberi pilihan.
Tidak berkurang banyak, batinku.

“ya udah mbak ganti semua aja gak papa”

“tapi itu baru ngecek luar ya mbak, belum yang dalam” lanjut si mba saat aku hendak pergi.

“iya” kataku sambil keluar bangunan AHAS tersebut.

Perasaanku mulai gundah gulana. Salah ku juga sih lama amir kagak servis motor. Terus gimana ini??…. ya udahlah yang penting si motor sehat dulu aja. Kemudian melajulah aku dan pita ke kampus satu UAD. Pita kudu segera sampai karena jam mendekati pukul 09.30 a.m
Setelah mengantar pita aku mampir dulu ke Pamela 1 untuk beli pewangi baju. Di Pamela hape ku jerit beberapa kali.

“Mb ada tambahn sil ttup klep bocor. Hrga 12 rb. Ttup klep 1 rusak hrg 10rb. Filter aus. Hrga 16 rb.kl ganti semua ttl 310rb. Gmna mb?? AHAS KALISTA”

Mak teng! Teng! Makin nggak enak aja perasaanku, bagaimana hidupku ke depan. Uang makin menipis, tanggal masih lumayan muda. Pfff….. aku menarik napas panjang kemudian membalas

“sil tu2p klep en tu2p klep msg2 fungsinya utk apa ja mb??” mungkin pertanyaanku rada culun tapi aku benar2 blenk tentang begituan. Tak paham. Saat hendak bayar di kasir Pamela hapeku jerit lagi.
“tutup klep&sill nya harus gnti krn olinya member/bocor. Jd fungsinya biar olinya ndak bocor mb…”
“ya udah mb, ganti smua, ndak ada dskn lg mb?…” aku pasrah.
“ya nanti gampang lah mb. Tak bilangke sma si bos ya… he..he..” balasan si mbak AHAS.

Setelah bayar, aku segera tancap gas ngambil maem di tempat jual lotek Mamy, depan foto kopian Omega. Setelah bayar lotek kembali ada pesan masuk.

“mb ini brusan rantai ger dibuka. Laker gernya juga aus. Kl ndak dignti buat jln goyang2. Krna roda blkgnya kocak. Hrg laker ger 25rb. Gmna mb??”

Oh Ya Allah apa lagi ini, kenapa bertambah terus?… banyak banget yang harus diganti… banyak banget pengeluaran untuk motor ini… hiks… hiks.. pikiranku makin kalut.

Perjalanan menuju kos berasa tak menginjak tanah_ya iya lah wong kakiku di atas motor, jelas tak menyentuh tanah_pffff….
Ada apa ya?… ko jadi begini???… bukankah tak ada kejadian yang sia-sia dalam hidup ini?…
keteledoran, kemalasan, sikap menunda untuk menyervis motor membuatku membayar sangat mahal ganjarannya.

So apa akibatnya kalo aku melakukan hal yang sama dalam hidupku?? Masih suka teledor dan enggan memperbaiki diri, memelihara sikap malas dan menunda, bisa lebih hebat keparahan dan ganjaran yang ku terima.
Aku nggak mau ya Allah… tolong bantu hamba memperbaiki diri. Bantu hamba ya Allah.. tolong hamba ya Allah… Amin. Pintaku pada penguasa jagat raya.

no delay

Betapa Sesuap Nasi itu tak selalu gampang direngkuh

GUBRAK!! PRANG!!!!!!!… Suara berisik itu mengusik kekhusyu’an doa kami setelah sholat shubuh berjamaah. Di mushola tinggal Ibu Alfian, Lili dan aku.

”suara apa itu” tanya ibu sambil bangkit dan mengambil kunci pintu depan.

Aku dan Lili saling bertatapan dan menduga-duga

”sepertinya suara rak piring jatuh” dugaanku

Lalu kami bertiga keluar dan ternyata diluar pagar….

”ada apa pak?” tanya Ibu pada seorang bapak paruh baya

”gerobaknya terjungkal bu, bannya masuk lubang” jelas sang bapak yang ternyata berprofesi sebagai penjual nasi kucing/angkringan

”ya Allah, ini lubang gorong-gorong air yang tutupnya sudah raib…” kata Ibu menyelidik.

Di zaman ini, tutup gorong-gorong air pun begitu menggoda untuk diambil paksa, sudah seberapa parahkah tingkat kemiskinan bangsa ini??.. Dimana aplikasi UUD yang menyatakan bahwa ’orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara’. Malah yang terlihat fenomena pendididikan tak langsung dari negara agar warga negaranya mengoptimalkan kreatifitasnya demi mempertahankan hidup dengan menghalalkan segala cara demi kebutuhan perut yang susah dikompromi.

”bapak baru mau jualan ato sudah pulang?” tanya Ibu

Aku dan Lili masuk ke dalam mengambil sesuatu yang bisa digunakan sebagai tanda bahaya, aku ambil kertas, lakban dan spidol. Lili mengambil rak kecil bekas parcel lebaran.

”ada apa mbak?” tanya Dewo’ yang ternyata juga mendengar suara berisik tadi, diikuti Kiki dan Fitri, personil kos Jasmine lainnya, kos-an putri muslim yang berada sekitar 500 m ke selatan dari kampus.

”itu, ada bapak angkringan yang gerobaknya terjungkal coz bannya masuk lubang gorong-gorong air” jelasku sambil menuju depan.

Alhamdulillah gerobak itu sudah dibangunkan lagi, dibantu seorang bapak bersepeda motor yang lewat. Jadilah kami beraksi membuat tanda peringatan bahaya ’AWAS! ADA LUBANG!’ sambil menemani bapak angkringan membereskan gerobaknya.

”ada yang pecah pak?” tanya kukhawatir sambil terus berkarya.

”ada mba, piring dan gelas sebagian pada pecah” jawabnya.

Paras kelelahan dengan mata sayu terpancar dari wajah sang bapak. Kerasnya tempaan hidup yang dijalaninya tergambar jelas dari raut mukanya dan tangannya yang kekar dan terlihat kuat.

”soalnya tadi saya agak ngantuk mba, jadi nggak lihat ada lubang” jelas sang bapak lagi

”wajar kok pak, lagian ini kan masih pagi, masih gelap” tanggapanku.

”makasih ya bu, mbak..saya pergi dulu”

”Mari pak, maaf kami nggak bisa banyak membantu” jawab kami bareng sambil menatap kepergian beliau, seorang kepala keluarga yang rela berkorban apa saja demi menjaga agar dapurnya tetap mengebul dan anak-anaknya tetap bisa sekolah.

”ada apa nih mbak, rame-rame?” suara bu Pur tetangga depan rumah.

“tadi ada gerobak angkringan yang terjungkal bu” jawab kami

Melihat kondisi jalan yang basah bekas tumpahan air dan es batu berceceran serta lubang menganga, sepertinya bu Pur mengerti apa yang telah terjadi.

”memang ya pencuri itu keterlaluan sekali!” geram bu Pur

“Bentar-bentar… tadi pagi sekitar jam 2 saya dengar suara keras banget, apa pas pencurinya lagi mencongkel tutup gorong-gorong ini ya?.. saya kira anak kos putra itu, habis mereka biasanya memang pulang pagi-pagi” lanjut beliau panjang kali lebar.

Kami manggut-manggut. Tidak lama kemudian Bu RT datang, dengan semangat 45 bu Pur menceritakan kejadian tadi dengan detail.

”wah ini bahaya sekali kalau tidak ditutup lagi” komentar bu RT

”iya bu makanya kami kasih tanda bahaya ini.”

”harus cepat lapor nih, supaya segera ditutup, khawatirnya ada yang ngebut dan nerobos lubang ini kan ngeri juga ya” sambung bu RT lagi.

Sang surya mulai nampak dengan malu-malu. Sinarnya membantu kami melihat ke dalam lubang gorong-gorong itu yang ternyata cukup dalam juga dan… ada uang receh di sana, mungkin uang bapak angkringan tadi yang jatuh… Allah Maha Adil pasti punya rencana khusus untuk bapak tadi dan Allah yakin bapak itu bisa melalui ujian ini. suara hatiku. Amin.

–Jasmine in memory, Yogya 07/11/2008–

MANTRA berbuah CINTA # 5

Nah lho, Aya lagi Aya lagi ini ceritane, moga gak bosen yaah.. lanjuuuttt.

Part-5

      “Mmm jadi nggak ya? tapi kalo jadi aku bakal kuat nggak ya?… ntar malah lemes seharian?… gimana nih?…” pergolakan batinku. Astagfirullah. Masak begini saja bimbang sih. Bismillah manteb deh maju terus. Seorang kawan pernah berpesan, ‘untuk memulai suatu amal yang baik, tak apa diawal kita memaksakan diri dulu/belum ikhlas bener. Anggap ini bagian dari proses belajar. Nanti lambat laun juga akan terbiasa dan menjadi ikhlas.’

 

Mentari masih hangat dan belum garang. Saat lagi keluar kantor menyelesaikan suatu urusan, aku sempatkan diri mampir ke warung beli sarapan pesanan teman. Jejeran ayam kecap, ikan goreng sambel, telur balado, dan aneka sayuran tumis, lodeh, sop yang masih mengebul menerbitkan selera tiada hingga. Hmm.. wangi makanannya membuatku kelimpungan mengokohkan kebulatan tekadku, ckckck… masih pagi neh, perjuangan masih puanjaang.

 

Saat mentari mulai sangar, virus lemes, ngantuk dan kesel menghampiriku tapi.. harumnya aroma bakso yang sedap membuatku segar kembali. Melihat temen-temen begitu lahap dan menikmati bakso sebagai menu siangnya jadi memunculkan ingin yang sangat untuk mencicipinya. Duh pengeeeen, ups! belum waktunya.

 

Alhamdulillah semburat jingga muncul juga di ufuk barat. Kumandang adzan magrib pun mengalun merdu. Menenangkan konser cacing dalam perutku. Yes! Alhamdulillah, berhasil sobat, puasa sunah ini bisa juga kutaklukkan.

 

Aku pernah baca artikel yang menyebutkan bahwa Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, dia Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Tiga doa yang tidak ditolak; doa orangtua terhadap anaknya, doa orang yang sedang puasa, dan doa seorang musafir.” HR Baihaqi dan dishahihkan oleh Al-Albani

 

Nah lho siapa yang rela melewatkan kesempatan ini, meminta sebanyak-banyaknya harapaan pada yang Maha Pengabul segala harapan di waktu mustajabnya doa? Tentunya tak ada yang rela dong. Termasuk aku, secara orang normal gitu loh. Ada penawaran pengabulan doa, ya dimanfaatin dunkz. Ternyata puasa membuatku berfikir atas nikmat berlimpah yang selama ini mengalir deras untukku. Baru sadar pas puasa, menahan segala hasrat jiwa dan raga. Sering bingung mau makan apa dan di mana? (aku banget nih, kamu?.. hayoo ngaku), padahal tetangga sebelah sedang bingung karena nggak ada yang bisa dimakan. Astagfirullah.

 

Saat pulang ke rumah dan ngobrol dengan Ibu, hatiku bergemuruh. Pihak lelaki menginginkan proses perkenalan yang tak terlalu lama menuju hari H pernikahan. Glek! Kaget juga ditodong begitu. Walau pun memang lebih cepat lebih baik untuk meminimalkan hal-hal tak diinginkan. Ternyata tak semua harap selaras dengan rangkaian skenario Ilahi. Dan sebagai anak yang baik (cie.. cie..) aku manut sama Ibu & Bapak. Pertimbangan masih banyak hal lumayan besar yang sedang diurus orang tuaku beberapa bulan ini, sehingga belum memungkinkan untuk segera melangsungkan pernikahan. Lagian aku baru aja pulang, masak sudah harus pergi lagi. Keinginan untuk bersama beberapa saat denganku mungkin juga menjadi pertimbangan orang tuaku. Aku oke-oke saja, coz yakin kalo jodoh, tak bakal ke mana.

 

Kesibukan di kantor tak jarang membuatku lupa sedang berta’aruf karena memang kami amat sangat jarang sekali berkomunikasi. Si dia lebih sering komunikasi langsung dengan Ibu dan Bapakku. Sampai di satu titik aku benar-benar tak tahu bagaimana kondisi ta’aruf ini.

 

Ada rasa bersalah serasa sedang cuci tangan dengan hal-hal terkait proses ta’aruf ini.Tapi ternyata orang tua juga sudah punya rencana sendiri terkait rencana besar dalam hidupku ini. Aku nggak banyak cing-cong, cukup sekedar mengemukakan yang menurutku prinsip coz khawatir bertingkah bak anak kecil yang sok tahu jadi manut aja dengan aturan main ortu yang pasti kudu tetap syar’i.

 

Ternyata Allah mengabulkan keinginan hatiku untuk segera mengikuti sunah Rasulullah sekaligus menggenapkan setengah dien. Si dia menyetujui proses diundur beberapa bulan. Dan..tanpa terasa aku hampir berada di hari-hari terakhir kota kecilku. Sudah mulai menghitung hari lagi untuk hijrah ke kota lain.

 

Makin menuju tanggal keberangkatan, ada yang serasa mengganjal dalam hatiku. Baru sadar rajutan ukhuwah bersama teman-teman kantorku cukup kental, akan meninggalkan mereka serasa berjuta kilo beras menindihku, lebay buanget. Tapi itulah yang kurasa. Bukankan ada jumpa kelak ada pisah dan itulah ritme kehidupan. Berjumpa sekumpulan sosok luar biasa dalam episode hidup kali ini membuatku terharu,sungguh!

 

Yah, walau tak lagi sekota semoga ukhuwah bisa tetap terjaga. Hahaii, mempunyai sekawanan sahabat amatlah menyenangkan. Namun tetap kudu kuucapkan ‘selamat tinggal kotaku yang cantik dan selamat datang kota baru yang belum tahu akan singgah di mana nanti diriku.’

 

Teman kantorku pernah berujar “enak ya jadi kamu, nggak perlu ngerasain capek dan ribetnya mengurus segala hal terkait pernikahan, ke KUA, ke sana ke mari” aku cuma tersenyum sembari melantun syukur dalam hati pada Allahku yang Maha luar biasa baik.

 

Alhamdulillah semua berjalan mulus sobat, walau sempat banjir bandang air mata, namun saat itu pun tiba.. dag-dig-dug-duerr! senandung hati terdalamku menjelang detik-detik pergantian status dari nona imut menjadi nyonya manis (halah, narsis e poll). SEKIAN.

 

MANTRA (MANuverTop & Riil/nyAta) ketujuh sekaligus terakhir ini adalah PUASA SUNNAH.

 

# campursari cerita si Aya #

Oke sobat cukup tujuh saja ya cerita si Aya tentang MANTRA (MANuver Top & Riil/nyAta) berbuah CINTA. Tujuh MANTRA ini : BERDOA, STW (SHOLAT TEPAT WAKTU), BERBAKTI KEPADA ORTU, SEDEKAH, SHOLAT TAHAJUD, SHOLAT DHUHA, & PUASA SUNAH, dilakukan Aya sebisanya. Walau tak jarang masih suka bolong-bolong. Tapi satu hal yang kudu dipegang saat menggunakan MANTRA ini adalah kudu YAKIN seyakin-yakinnya bahwa Allah pasti akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita. positif thinking.

Alhamdulillah setengah tahun lebih berta’aruf, akhirnya ganti status juga si Aya menjadi istri dari seorang pangeran berkuda putih (seorang lelaki yang insya Allah sholeh, yang menjemputnya dengan cara terbaik). Tolong doakan kehidupan rumah tangga si Aya ya sob, agar sakinah mawaddah warohmah dan dianugerahkan anak-anak yang sholeh-sholehah, yang dapat memberi bobot kepada bumi dengan kalimat Laa ilaa ha illallah. Amin Allahumma amin. Doainnya diem-diem aja supaya makbul 🙂

Walaupun dalam menjalankan MANTRA tersebut masih belepotan namun rangkaian keajaiban yang dialami Aya udeh manis buanget. Apalagi kalo MANTRA tersebut dijalankan dengan sebaik mungkin, bisa dahsyat banget tuh, insya Allah.

Meminjam istilah Ipho Santosa. ALLAH itu MAHA OKE. Kalo kita berfikir “wah rasanya mau sakit nih” maka Allah akan menjawab “Oke, kamu sakit”

Tapi kalo kita berfikir “aku sehat kok” maka Allah pun akan menjawab “Oke, kamu sehat”

Begitupun dalam hal mendapatkan teman hidup terbaik. Kita kudu yakin. “Aku bisa mendapatkan seorang pangeran berkuda putih (yang sholeh maksudnya) insya Allah”

Maka Allah pun menjawab, “Oke, kamu akan mendapatkannya”

Aku setuju banget dah sama pendapat penulis buku 7 Keajaiban Rezeki itu.

Orangtua, anggota keluarga lain, sahabat, bahkan orang yang tidak kita kenal sekalipun bisa menjadi jalan bagi datangnya sang pangeran /permaisuri. Yang penting YAKIN, yakin dan yakin terus sama Allah sambil tak lupa ikhtiar tentunya.

So mendapatkan teman hidup terbaik, TAK MESTI lewat pacaran. TAPI MESTI lewat jalan-NYA. Bukankah kita dilarang mendekati zina??.. kebanyakan kasus pacaran bukankah mendekati zina??.. 

Bila kita mendapatkan pangeran/permaisuri lewat jalan-Nya maka insya Allah yang kita dapatkan adalah langsung pilihan dari PEMILIK seluruh pangeran di jagat raya. Pastinya yang terbaik dari-Nya untuk kita.  Laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik, begitu pun sebaliknya perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik.

Sebagai penutup mulut eh penutup cerita, kita tengok tulisan om Darwis Tere Liye yuk, yang tak lain dan tak bukan merupakan penulis buku ‘Hafalan sholat Delisa’.

“Telat itu kalau kita ada janji, lantas datang terlambat. Telat jadinya. Maka, jelas tidak ada itu ‘telat menikah’. Lah, memangnya kita janji dengan siapa? Jika belum datang jodohnya terus bersabar. Tidak akan rugi orang-orang yang bersabar.”

Zemangatt ya! Selamat berjuang.

INTI dari kisah ini nyata sobat. Semoga bermanfaat. Maaf nama disamarkan menjadi si Aya karena permintaan nara sumber. Kurang lebih, salah kata, & segala khilaf disengaja atau pun tidak, aye minta maaf ye. Dan maaf juga bila dalam penulisan terdapat banyak keanehan kata/kesalahan penulisan, baru belajar menulis. Terima kasih.

Big thanks to Allah, Alhamdulillahirobbi’alamin.

Terimakasih juga kepada Ust. Yusuf Mansur,& Ipho Santosa, atas transfer ilmunya yang dahsyat dan menggerakkan.

Gambar 

MANTRA Berbuah CINTA # 4

Jreng- jreng! Cerita  si Aya nongol lagi, masih berminat kan?.. belom bosan ya?_maksa.com, semoga tak kesel ya selalu dijejali kisah ini?.. yuk mariii..

Part-4

“Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu “

         Alarm berlagu ‘Yang Terbaik Bagimu Ayah’ yang dinyanyikan Ada band feat Gita Gutawa itu membangunkanku.

Segera melompat dan ngibrit ke kamar mandi merupakan strategiku agar tak tergoda untuk tidur lagi. Pengalaman nyataku bila bangun dan terus menggeliat di atas kasur malah meningkatkan nafsu tidurku dan menghilangkan harapan untuk bisa bersujud di sepertiga malam. Secara aku masih belom stabil menjalankan sholat lail (Tahajud) ini so kudu berjuang ekstra untuk membiasakannya.

Dan kadang aku suka nggak kuat tahan pipis lama-lama, lho??… yup, beberapa hari ini aku hampir selalu kebelet setiap bangun tidur karena malam sebelum tidur, membiasakan diri minum air sebanyak mungkin supaya bisa bangun sebelum shubuh. Strategi bangun malam yang kutirunya dari ustad Yusuf Mansur.

Ups, lupa… ini hari selasa, jadwal air mati, otomatis air di kamar mandi dalam kamarku tak cukup layak untuk berwudhu. Aku harus menuju kamar mandi besar yang berada di belakang, dekat dapur. Di sana stok air lumayan melimpah. Tapi.. suasana di luar kamar sangatlah sunyi dan gelap, penghuni rumah ini seperti belum ada yang terjaga. Ini baru pukul tiga pagi. Namun suara berisik di rumah sebelah, membuatku sedikit ngeri. Beberapa pribumi kotaku ini seperti tak punya toleransi, di tengah malam atau pun pagi buta masih saja suka berteriak-teriak nggak jelas. Kubulatkan tekad menuju kamar mandi besar, bismillah.

Krek! suara pintu kamar kubuka. Baru melangkah, seekor kecoa nyebrang di depanku tanpa rasa bersalah membuatku hampir berteriak dan menurunkan lima puluh persen keberanianku. Jantungku berlari bak mengikuti lomba maraton. Ruangan kubus super besar berlantai semen halus dengan dua bak mandi yang juga tak kalah besar berdampingan menjadi tujuanku. Sedikit tergesa masuk ke dalamnya dan hampir kepleset plus sangat lemes melihat seekor cacing di pojokan.

‘Oh Allah, begitu mengerikannya untuk sekedar wudhu dalam rangka bermunajat kepada-Mu.’ Jerit hatiku.

Tak berlama-lama, segera kuambil langkah seribu menuju kamar. Alhamdulillah betapa leganya sampai di kamar kosku yang terang dan super duper nyaman.

Dalam doa malamku setelah diawali dengan surat Al Fatihah, istigfar, hamdalah, tasbih dan sholawat kemudian lanjut melantunkan keinginan hatiku, aku pun memohon:

 “Duhai Allah yang Maha Menguasai hidup seluruh mahluk, yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Mu, hamba memohon dengan sifat pengasih dan penyayang-Mu, tolong anugerahkanlah seorang pendamping yang sholeh/sholehah, yang terbaik menurut-Mu untuk mbak Ury, mbak Yat, mbak Tria, kak Bin, mbak Sar, bu Andy, Ning, Ima, Asti, Idon, Una, Is, Iil, Anti, Aan, Eni, Mbul, Iting, Hamdan, Iduk, Fa’i, Amad, Fafan, dan seluruh umat muslim di dunia ya Allah… termasuk untuk hamba juga ya Allah… Engkau Yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Mu, hanya kepada-Mu lah kami mohon petunjuk, hanya kepada-Mu lah kami bersujud dan menyembah serta hanya kepada-Mu jualah kami memohon pertolongan, tiada daya upaya selain dari-Mu Ya Rabb” kemudian aku pun menutup doaku dengan mengucap lagi tasbih, tahmid, istigfar dan sholawat, Amin Allahumma amin…

Jadi inget pesan Ustad Yusuf Mansur dalam ceramahnya ‘The art of Doa’ diantaranya yaitu ketika berdoa alangkah lebih baik bila kita mengawali dan mengakhirinya dengan pujian (tasbih), ungkapan syukur (hamdalah), permohonan ampun atas semua khilaf (istigfar) serta sholawat agar saat berdoa, diri kita tampil dalam keadaan sebersih mungkin di hadapan-Nya. Seperti seorang anak yang meminta hadiah pada Bundanya, dia akan bermanja dan bertingkah manis dulu untuk mengambil hati sang bunda. Baru mengungkapkan keinginannya.

Isi doaku pun terinspirasi dari sebuah hadis Riwayat Muslim yang berbunyi “Doa seorang muslim kepada saudaranya secara rahasia dan tidak hadir di hadapannya adalah sangat dikabulkan. Di sisinya ada malaikat yang ditunjuk oleh Allah. Setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut berkata kepada-Nya (Ya Allah, kabulkanlah dan semoga bagimu juga mendapatkan balasan yang semisal)”.

                                                              ***

           Kala itu, malam menjelang pulang kampung. Begadang tanpa tidur sejam pun, coz kudu packing barang yang seabrek bo! Dan… sebenarnya khawatir bangun telat coz pesawatnya pagi sekitar jam enam so sebelum shubuh kudu sudah berangkat ke bandara.

Lelah dan ngantuk tapi seneng dong ya mau ketemu Ibu & Bapak insya Allah. Sekitar setengah tujuh pesawat meninggalkan kota gudeg menuju kampung halamanku. Sebelum sampai di kotaku, pesawat transit dulu di bandara Sultan Hasanudin. Pemberitahuan waktu transit satu jam membuatku lega masih bisa mendirikan sholat dhuha. Horeeee.

Baru di awal rakaat sholat dhuha…..

 “Para Penumpang Pesawat Rajawali air dengan nomor penerbangan JI 123 tujuan Apur dipersilahkan naik ke pesawat”

Deg!  grogi, panik menyerangku plus rasa bersalah yang teramat sangat karena nggak khusyu’ sholat. Namun tetap kuteruskan sholat dhuhaku. Alhamdulillah selesai sholat langsung ambil langkah seribu. Jantungku ngos-ngosan. Ini sudah panggilan ketiga.

Mana pake acara salah jalan pintu masuk lagi. Untungnya ketemu penumpang yang senasib dan… hup! Bisa juga masuk pesawat lagi, kagak jadi ketinggalan deh. Alhamdulillah banget.

Tahukah kawan, apa yang kurasa bila memulai hari sebelum jam tujuh pagi? Kegelisahan menderaku lumayan gencar. Kekhawatiran tidak dapat melaksanakan sholat dhuha membuatku sedikit lemas menjalani hari. Namun ketika kita memiliki komitmen untuk itu, ternyata Allah akan selalu memberikan jalan untuk kita. Peristiwa hampir tertinggal pesawat kemaren membuatku makin mantap untuk istiqomah menjaga sholat dhuhaku.

Masuk ke topik sang pangeran. Bila mengingat proses ta’arufku, rasanya deg-deg ser! Dia yang berada di pelosok nan jauh di mata, sedangkan aku mendamparkan diri di ujung pelosok negriku. Cukup lama nggak kontak, kadang membuatku lupa sedang berta’aruf. Dan begitu terharu saat sadar ternyata proses itu masih terus berlanjut. Bila dilogika, kok ya susah banget masuknya. Dia yang lagi sibuk-sibuknya mencari segepok berlian di kota sebrang dipertemukan denganku yang saat itu sedang menghitung hari-hari terakhir di kota pelajar. Takjub banget dah sama campur tangan dan kuasa Allah.

Bukankah waktu di sepertiga malam terakhir termasuk salah satu waktu terbaik untuk memohon kepasa sang Maha pengabul setiap doa? Bukankah seorang pangeran (seorang permaisuri-bagi cowok-) adalah salah satu rezki dari Allah? Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa sholat dhuha merupakan salah satu ikhtiar mendatangkan kucuran rezki tiada terkira dan tak terduga.

Bisa ditebak ya? Yup, MANTRA (MANuver Top & Riil/nyAta) ketiga dan keempat adalah SHOLAT TAHAJUD dan SHOLAT DHUHA.

       

MANTRA Berbuah CINTA # 3

ayoooo intip lanjutan rajutan drama hidup si Aya.
Part-3

Seorang dosenku pernah memberi wejangan “untuk memulai sesuatu itu memang susah namun lebih susah lagi mempertahankan apa yang telah kita raih”.
Pertanyaannya apakah yang telah kuraih selama puluhan tahun menjadi penghuni bumi? pfff.. yang masih bingung menjawab_termasuk aku_yuk berbenah mengevaluasi lagi mimpi kita dan progress-nya.

Satu tahun delapan bulan sudah aku berperan di sebuah apotek di kota gudeg, tanpa menyempatkan pulang ke tanah kelahiranku setelah selesai sekolah. Sebelum nyemplung dalam apotek ada pergolakan batin yang amat hebat dan membutuhkan waktu tidak sebentar, kalo tak salah sekitar seminggu aku sholat istikharah untuk memutuskan apakah menerima tawaran untuk berkarya di apotek atau tidak.

Badai dalam hati dan fikiranku merupakan buah dari PKL (praktek kerja lapangan) ku di sebuah apotek beberapa bulan sebelum aku lulus. Ada kenangan pahit yang membuatku sempat berbisik dalam hati bahwa aku tidak akan pernah melamar untuk bekerja di apotek!! Namun skenario-Nya siapa yang sangka.

Saat itu aku sangat bingung. Kakak pertamaku mengabari lewat sms kalo Ibu sakit, pusing dan nggak enak badan. Aku ngerti jika beban pikiran Ibuku masih banyak. Aku belum bisa mandiri, kerjaan belum tetap, adikku pun belum selesai kuliah.

Ibu berharap tinggal mengurusi si bungsu saja coz sebentar lagi Ibu pensiun. Ya Rabb…. Apakah aku begitu egois mempertahankan mimpiku? Aku masih bermimpi ingin berkarya di dunia industri farmasi namun yang hadir adalah dunia apotek. Kemarin aku dilamar untuk menjadi Apoteker pendamping di apotek Cantik Farma.

Aku masih merindukan dunia industri farmasi. Entah kenapa aku jatuh cinta pada industri farmasi. Bukankah tak selalu jatuh cinta membutuhkan alasan dan penjelasan yg logis. Tapi aku tak kuat memegang mimpiku jika mempertaruhkan kebahagiaan kedua orang tuaku. Aku harus gimana??…..

Wahai penggenggam jiwaku, desainer mimpiku, aku mohon dengan sangat petunjuk_Mu…..
Aku pasrah dan manut dengan keputusan_Mu, terserah Allah saja, aku harus melangkah dan memutuskan apa?..

Fase keputusan

Bintang dahsyat menggetarkan
menyedot rasa kagumku
pesonanya menjalari aliran darahku
menerbitkan harapan nan indah
kemilaunya menahan langkahku melihat sosok kelamnya

hatiku condong padanya
hasratku merengkuh & menaklukkannya
kebanggaan sebagai mahluk sempurna
membutakan segala petunjuk

Berjalan menyusuri lika-likunya
Tak jua ku sampai diujung
Tak diduga tak disangka
Hadir penawaran yang rumit

Bintang baru di langit yang sama
kembar indah dengan bintangku
saat ini ia lebih pasti
hangat cahayanya dapat kurasa

Mempertahankan mimpiku
Bagai mengenggam keegoisan tak berujung
Menyimpannya sementara waktu
Memicu gemuruh ketakrelaan

Remang-remang tak berwujud
Tak dapat ku terka
Tak dapat ku prediksi
Hingga detik ini
Ketuk palu belum dapat ku tunaikan

Allah tolong beriku petunjuk
Aku pasrah pada_Mu
Aku ikut skenario_Mu
Tapi ku mohon izinkan ku menggapai bintangku
Walau hanya sesaat
Walau menunggu sekian lama

Setelah menimbang, memilah, menggodok (apa coba yang digodog??..) akhirnya kuputuskan menerima tawaran tersebut. Satu hal aku tak boleh egois dalam mengambil keputusan. Mengingat harapan setiap orang tua terhadap putra-putrinya yang baru lulus sekolah. Bisa dibayangkan dong gimana awal-awal bekerja di tempat yang aku tak suka (awalnya). Namun perjalanan waktu membalikkan perasaanku terhadapnya.

Tim yang kompak plus kekeluargaan yang kental di sana membuatku mulai betah dan menikmati pekerjaanku. Aku banyak belajar bagaimana manajemen di apotek, berinteraksi dengan pasien, memahami keinginan mereka, mendengar curhat mereka_yang sering membuatku banyak bersyukur, sering-seringlah melihat ke bawah maka akan kau dapati begitu sempurna hidupmu atas limpahan nikmat dari-Nya.

Merasakan diri ini diburu dan dicari pasien, betapa bahagianya bisa bermanfaat bagi sesama. Tak jarang pasien yang datang hanya ingin konsultasi dan curhat. Apotek kami memang sedang belajar menerapkan idealisme yang selayaknya diterapkan oleh setiap rumah obat alias apotek, ‘No Pharmasict No Service’. Jika kawan berkunjung ke apotek, bolehlah say hello dengan apotekernya, berkonsultasi terlebih dahulu jika memang ada keraguan dalam hatimu terkait obat-obatan. Karena itulah salah satu fungsi para apoteker.

Lambat laun aku pun sangat bersyukur dengan keputusanku berperan di sini. Limpahan ilmu, persahabatan yang tulus mengalir deras di sini. Allah memang Maha Tahu yang terbaik untuk kita. Apa yang menurut kita tidak baik, belum tentu juga tidak baik menurut Allah. So apapun keputusan-Nya, cobalah melihat ke depan dan yakin itulah yang terbaik untuk kita_bukan berarti pasrah dalam hidup yaa.

Sekarang setelah satu tahun delapan bulan berkarya di apotek, ada hal besar yang cukup mengganggu pikiranku yaitu kapan pulang ke kota di mana orang tuaku tinggal. Memutuskan hal ini tak segampang membalikkan telapak tangan kawan. Menyadari diriku berada di lingkungan kerja dan tempat tinggal yang super duper nyaman. Namun keinginan untuk pulang begitu kuat, selagi masih ada waktu aku ingin lebih dekat dengan orang tuaku.

Keputusanku disambut gembira oleh Ibu dan Bapak. Tiket serta persiapan yang lain sudah oke. Walau pertanyaan “ntar di sana aku bakal kerja di mana ya??..” tak jarang menghinggapi pikiranku namun segera ku tepis dengan meningkatkan keyakinan akan pertolongan-Nya. Dia tidak akan menyia-nyiakan setiap hamba-Nya yang memiliki niat tak buruk.

Sebenarnya ada keinginan yang sangat ingin kutunaikan sebelum pulang kampung. Mumpung masih punya duit sendiri (sebelum besok kembali ke pondok orang tua permai). Aku pengen sedekah dalam jumlah yang lumayan. Tapi.. kebimbangan menghampiriku karena saat itu ada beberapa barang yang juga ingin kubeli. Yang pasti bila aku tetep sedekah, aku bakal langsung terserang kangker (kantong kering). Gimana dong??.. tapi kalo aku menundanya, aku khawatir tak ada kesempatan kedua. Pertempuran batin antara keinginan dunia yang wah namun sesaat dengan keinginan menabung untuk rumah masa depan (alam akhirat).
Setelah dianalisis SWOT (nggaya ne rek!) akhirnya kubulatkan tekad mengirim sedekahku tersebut ke salah satu yayasan. Walau pun setelahnya kudu hidup prihatin beberapa saat. Hihi…
Ternyata kedua amalku itu (niat berbakti kepada orang tua & sedekah) bekerja & berefek cepat kawan.

“Dibutuhkan Apoteker untuk PBF (Pedagang Besar Farmasi) ABC, bila berminat segera kirimkan lamaran ke sini” sms dari teman sejawatku yang juga merupakan adek ipar temen kantor Ibuku. Kabar akan pulangnya diriku tersiar ke telinga beberapa teman kantor Ibu (mungkin saking senengnya anak gadisnya akhirnya mau pulang juga). Nah berita itu sampai juga ke temen kantor Ibu yang mempunyai adik ipar seorang Apoteker. Aku pun sampai sekarang belum pernah bertemu langsung dengan teman baruku itu. Unik dan menakjubkan ya skenario Allah.

Awalnya info tersebut tak begitu ku hiraukan karena aku tak terlalu tertarik bekerja di PBF. Pemilih banget ya? ah, nggak juga. Aku seneng kok ngelihat teman-teman sesama apoteker yang berkarya di PBF, industri obat (ini seneng banget en pengeen), industri jamu, apotek, Rumah sakit, klinik kecantikan, badan pemerintah (Dinkes, Depkes, BPOM) dan sederet tempat untuk berkarya lainnya. Tiap tempat mempunyai keunikan dan kenikmatan yang khas. Kembali ke laptop.

Namun dengan seringnya orang tuaku bertanya sudah mengirimkan lamaran ke PBF ABC tersebut atau belum, membuatku luluh dan nggak tega mengecewakan mereka. Akhirnya kukirimkan juga lamaran tersebut.
Tak berapa lama ada respon positif. Aku diminta untuk segera bekerja di sana, padahal posisiku masih di Yogya, sekitar 1-2 minggu sebelum hari H pulang kampung. Ealah niat kerja nggak sih??… Niat dong, cuma pengen menikmati dulu waktu-waktu terakhir di pulau jawa dengan berlibur ke rumah temen dan sodara di kota tetangga Yogya.

Surprise kedua datang dari guru mengajiku yang mengabari ada seorang ikhwan (lelaki) yang hendak berta’aruf (berkenalan) denganku. Deg! Hatiku mulai bermaraton ria. Sholat istikharah pun berlangsung untuk menetapkan hati apakah menerima proses ta’aruf ini atau tidak. Berita ini kuterima saat masih berlibur di rumah sodara.

Tapi saat aku pulang dari rumah sodara, waktunya sudah mepet dengan jadwal pulang kampung. Tak ada waktu lagi untuk bertemu walau sekali. Aku pun disarankan untuk memundurkan jadwal keberangkatan langsung ke kantor pusat maskapai penerbangan yang kupakai. Jantungku langsung ikut lomba lari jarak jauh saat kuseret motorku menuju kantor tersebut. Hawa sejuk kantor lumayan menenangkan deburan jantungku. Tapi aku malah lemes saat jawaban pertama si mbak petugas,

“itu tergantung masih ada seat yang kosong nggak mbak, maunya diundur berapa hari?” tanya mbak petugas.
“mm.. lima hari mbak, bisa nggak?” dag-dig-dug-dueerrr irama jantungku.
“saya cek dulu ya”

Tak lama menunggu “oh masih ada seat kosong mbak, jadi diundur ya? saya print kan tiket yang baru dulu, bisa ditunggu sebentar” sambil mempersilahkan aku duduk di bangku sofa ruang tunggu.
“iya mbak” jawabku teramat sangat lega (lomba lari jarak jauh selesai, lumayan olah raga jantung).

“eh tapi nambah biaya tiket nggak mbak?” aku harap-harap cemas, secara lagi bokek.
“nggak mbak, tapi kalo lewat dari lima hari sudah kena cash”
Oh Allah makasih banyak, Alhamdulillah. Lumayan banget bisa mundur beberapa hari tanpa kena cash tambahan. Alhamdulillah berikutnya akhirnya proses perkenalan pertama kali secara tatap muka pun berjalan lancar bebas hambatan. Serasa di jalan tol deh.

“Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?” begitu bunyi salah satu ayat surat Ar Rahman. Belum juga ku injakkan kaki di kotaku, aku sudah mendapatkan tempat kerja dengan penghasilan yang bisa ku nego sesuai keinginanku_tentunya yang masih wajar menurut perusahaan plus jika Allah mengizinkan akan mendapatkan seorang pangeran.

Sebulan lebih sudah aku berkarya di PBF ABC tersebut dengan kawan-kawan yang luar biasa hebat. Serasa menemukan dunia baru berisikan orang-orang muda dengan semangat kerja yang tinggi, humoris, rasa kekeluargaan yang kental, pokoke mantab deh. Plus penghasilan yang berkali lipat saat ku di yogya.

Lagi-lagi dan lagi diingatkan Allah bahwa apa yang menurutku tak menarik belum tentu tak menarik menurut-Nya. Malah setelah dinikmati ternyata rasanya fantastis. So mantabkan langkah, perjelas mimpi kita dan yakinlah selalu akan pertolongan plus keajaiban dari-Nya. Karena Dia akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Asal keinginan kita masih berada di jalur-Nya. Hatur nuhun pisan ya Allah. 

Apa hayoo MANTRA (MANuver Top & Riil/nyAta) kita kali ini?..
Sini tak bisikin, MANTRA ketiga plus keempat adalah BERBAKTI KEPADA ORANG TUA dan SEDEKAH.

bersambung..

MANTRA Berbuah CINTA # 2

lanjut kisah si Aya yuuukkk.

Part 2

Gadis manis ini pun (maksudnya aku_narsis dikit boleh dong yaa) terkadang merasa waktu begitu berharga. Jadi aku berusaha sebisa mungkin jangan sampe semenit pun terlewat tanpa makna, tanpa manfaat. Siang itu sambil nyetrika baju, aku nyetel MP3. Sambil nyelam kelelep gitu loh, minum air. Tiba-tiba aku kaget mendengar penjelasan sang ustad:

kita sering memberi perintah pada Allah.” Kata ustad pemilik pesantren Darul Quran itu.

Emang perintah apaan??…  Aku membatin plus bingung sambil terus nyetrika.

Apakah perintah itu saat kita meminta Ya Allah berikan saya pekerjaan, Ya Allah berikan saya rezeki? Bukan dong, itu namanya doa, malah kita dianjurkan untuk banyak berdoa karena itu merupakan suatu kebutuhan. Perintah yang dimaksud adalah perintah –TUNGGU YA-. Saat adzan berkumandang, kita malah:

 ‘tunggu ya lagi kerja nih, nanggung’

tunggu ya lagi di depan costumer

tunggu ya lagi nerima tamu’

 ‘tunggu ya lagi di jalan tol’–udeh tahu Allah mau dateng kenape masuk tol??

“Masak iye ade presiden yang nungguin mentrinya dateng, di mane-mane yang namanya bawahan yang kudu nunggu atasan, eh ini kite malah seenaknya nyuruh Allah, pencipta kite untuk nungguin kite yang jelas-jelas ciptaan-Nya

Penjelasan panjang lebar ustad Yusuf Mansur itu menggemparkan nuraniku. Bermilyar (eh beberapa) tanya berkecamuk. ‘Tunggu ya lagi ada pasien’ (aku banget kah ini?… innalillahi…). Betapa ngeri membayangkan grafik ke-on time-an sholat lima waktuku yang terjun bebas.

 Aku tahu sholat paling baik adalah di awal waktu tapi aku nggak tahu kalo saat lagi molor sholat itu berarti aku sedang memberi perintah sama Allah untuk menungguku. Terkadang kesibukan membuatku susah (ato aku-nya saja yang suka bikin susah diri sendiri yaaa) untuk sholat tepat waktu. Nanggung, begitu alasan hatiku.

So bisa jadi dari kebiasaanku menjadi telater sholat membuat sang pangeran pun telat menjemputku. ‘Tunggu ya masih sibuk kerja nih’ begitu katanya kali yaaa. Astagfirullah, jangan sampe Ya Allah. Sejak itu aku berusaha untuk sebisa mungkin membenahi kualitas sholatku insya Allah. Namun menjaga niat mendirikan sholat harus tetep kujaga, sholat bukan karena ingin mendapatkan seorang pangeran (ato seorang permaisuri-bagi cowok-) tapi karena perintah Allah. Just Allah. Tidak lainnya.

Ini nih MANTRA (MANuver Top & Riil/nyAta) kedua, STW, alias SHOLAT TEPAT WAKTU.

bersambung..Image

Big Bosku Bijak euy!

Sore yang basah. Hujan yang tak lagi rintik masih enggan untuk berhenti. Sudah pukul 16.15 WIB namun Direktur kami belum juga muncul. Pergi entah ke mana. Padahal kami sudah sepakat untuk rapat  pk.16.00 WIB, Tya mulai duduk tak nyaman, mba Widya  mendesah nafas panjang, Dewi dan Yulis terlihat mengantuk, mbak Dipus menoton TV. Aku?? Menjadi pengamat, hehe..

             “tahu gini, aku tidur aja di kos” celetuk Dewi dengan suara khasnya yang mendebarkan hati dan telinga. hehe… pizz Wi.

            “nanti kalo sampe jam setengah lima direktur belum juga datang, Tya pulang aja” kata mba yuni yang merasa kasihan padanya karena Tya sudah nampak lelah, bekerja dari sebelum jam7 pagi tadi.

            Bener deh, sampe jam setengah lima Direktur belum juga datang, akhirnya Tya pulang. Pas jam setengah lima lewat sepuluh menit baru Direktur  datang. Rapat pun segera dimulai tanpa Tya dan tanpa Yulis Karena Yulis dapat jatah jaga apotek selama kami rapat.

            Tak begitu lama dari rapat dimulai Presiden Direktur pun datang. Beliau langsung masuk ke forum dan memberikan masukan atau lebih tepatnya wejangan yang inspiratif bagi kami semua. Presdir kami itu nampak begitu tenang dan bersahaja. Tutur katanya runut dengan bahasa yang mudah dicerna. Mungkin karena beliau berbicara pada kami menggunakan hati sehingga kami pun menangkap sinyal ketulusan itu.

            “Niat awal saya membuka sebuah usaha adalah melayani. Dalam bekerja kita tidak sekedar bekerja tapi BEKERJA dan BELAJAR. Dengan begitu kita bisa berkembang. Di awal-awal kita membuka usaha tidak untung tidak apa-apa,karena semua butuh proses tapi bagaimana kita bisa fokus pada konsumen. Saat kita melayani konsumen tidak mengapa kita memposisikan konsumen/pasien adalah raja/ratu sedangkan kita adalah pelayannya. Yang penting bagaimana pasien puas dengan pelayanan kita dan tak terfikir untuk melirik yang lain. Membuat pasien nyaman dan jatuh hati dengan pelayanan kita” presdir menjelaskan.

          “Berfikirlah yang besar jangan sampai pikiran kita dibebani oleh hal-hal kecil/tehnis yang sebenarnya bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Jangan sampai hal-hal kecil tersebut mengacaukan fokus kita pada konsumen/pasien. Kita harus berani menunjukkan diri kita dan bersaing dengan yang lain. Jangan bersembunyi di jalan sunyi yang membuat konsumen sulit menemukan kita” sambung beliau lagi.

             Kurang lebih begitulah pesan beliau pada kami. Alhamdulillah ya penantian cukup panjang menanti rapat ini berbuah manis melejitkan semangat untuk selalu menjadi yang terbaik dan memberikan manfaat untuk sesama.

Ayo-ayo-ayo Indonesia bisa,

Ayo-ayo-ayo kita pasti bisa.

Selamat BEKERJA dan BELAJAR 🙂

MANTRA Berbuah CINTA # 1

Iiih pengen nikah deh…

Tapi.. gimana bisa nikah kalo nggak punya pacar???..

Hayuk tengok sepotong episode seorang Aya.

                              

# Part-1

Hai kawan, aku ingin menuturkan sepotong episode dalam hidup seseorang yang begitu dekat denganku. Panggil saja Aya.

Metode bercerita di sini menggunakan tehnik dengan sudut pandang aku. Oke. Mulai yuukk!

Oya kenalan singkat dulu. Panggil aku Aya. Boleh juga dipanjangin jadi ‘Ayaaaaaaaaaaaaaaaaa’ tapi pikir-pikir dulu deh ya kalo mao manggil panjang gitu coz khawatir satu kampung bakal keluar semua denger suara cemprengmu yang cetar membahana. Hihi.. pizz yaaa. Aku seorang Apoteker muda yang lagi mengabdi di sebuah apotek cantik nan unik.

Bila melihat pasien yang datang ke apotek. Ibu muda bersama jagoan kecil atau Bidadari manisnya, hatiku didera getaran halus yang begitu menggigit. Kebahagiaan terpancar indah dari kebersamaan dan canda tawa mereka. Iri yang positif kan sahabat?… semoga.

Apalagi bila sedang ditelpon Ibu tercinta. Pertanyaan yang jarang absen keluar dari bibir manis Ibuku itu, “Gimana Ya, kapan Ibu dikenalin? Masak Ibu nggak dikenal-kenalin? Ibu kan udah pengen lihat Aya nikah..” begitulah kurang lebih pertanyaan yang sering membuat hatiku bergetar, yang baru mampu kujawab dengan tawa kecil pengalih perhatian dan jawaban “nanti ya Bu insya Allah Aya kenalin kalo udah waktunya” walaupun dalam hati aku pun tak tahu, kapan waktu itu tiba.

Keinginan itu terkadang memunculkan tanya dalam hatiku, apa aku udah benar-benar SIAP untuk menikah?.. atau baru SEKEDAR INGIN karena melihat satu per satu teman-temanku melepas masa lajangnya?.. sudah seberapa banyak bekalku menuju kehidupan rumah tangga?..

Gencaran senjata eh gencaran doa pun segera kulakukan. Tak lama berselang,  aku merasa doaku mulai dikabulkan Allah. Satu persatu pemuda datang, ada yang datang sendiri dan beberapa lewat temannya (efek samping bergaul/silaturahmi). Tapi.. ketika ada yang datang, kenapa aku malah dihantui perasaan takut dan gentar menghadapinya, apakah ini sinyal, belum siapnya diriku?.. maka bisa diduga, jawaban yang kuberikan adalah negatif. Muncul rasa bersalah kepada-Nya, aku meminta dengan sangat tapi ketika Allah menghadirkannya, aku malah mundur. Hmm… masih payah ni mental nikahku. Astagfirullah.

Berburu ilmu ke arah ‘sana’ pun mulai rutin kujalankan. Wejangan ustad Yusuf Mansur dan Ippho Santosa cukup menggerakkan diriku untuk mengikuti jejak mereka, walau tak seutuhnya. Paling tidak beberapa cipratan aksi positif mereka dapat kutiru. Rasanya… luarr biasa.

Inilah MANTRA (MANuver Top & Riil/nyAta) berbuah CINTA yang pertama: BERDOA, me-MINTA sama ALLAH, pemilik cinta sejati.

 

bersambung..

Menuju Puncak Cita

Bagaimana Jepang bisa menjadi negara sangat maju dengan keterbatasan sumber daya alam?? Mungkin alam mereka memang tidak sesubur, tidak semelimpah negara kita, negara zamrud khatulistiwa, namun sumber daya manusia mereka sungguh luar biasa.
Berikut ini adalah contoh sebagaimana yang diceritakan oleh doktor Taufik al-Wa’I hafizhahullahu. Ia mengatakan, ”pemerintah Jepang pada awal kebangkitannya mengirim sebuah delegasi pelajar ke Jerman. Demikian pula yang dilakukan oleh bangsa Arab. Hanya bedanya, delegasi Jepang pulang dengan membawa sesuatu yang dapat dipersembahkan bagi kemajuan bangsanya, sementara delegasi Arab pulang dengan tangan kosong. Apa sebabnya? Simak kisah berikut ini, kita akan tahu jawabannya.
Seorang mahasiswa berkebangsaan Jepang bernama Osahara yang dikirim oleh negaranya untuk melakukan studi di Jerman bercerita, “Seandainya aku mengikuti pesan-pesan dosenku warga Jerman tempat di mana aku dikirim untuk meneruskan studi di Universitas Hamburg, niscaya aku tidak mendapatkan apa-apa. Aku dikirim oleh pemerintahku untuk mempelajari dasar-dasar mekanika ilmiah. Aku memang ingin sekali mempelajarinya. Aku ingin tahu bagaimana bisa membuat sebuah motor kecil. Aku tahu setiap karya itu memiliki apa yang disebut model yang menjadi dasar semua karya.

Jika Anda ingin mengetahui bagaimana sebuah karya dibuat, Anda harus MENGUASAI semua rahasianya. Demi efisiensi, dosen-dosenku tidak membawa aku ke sebuah pabrik atau pusat latihan kerja, tetapi cukup memberiku sebuah buku untuk aku baca. Aku baca dan aku pelajari buku tersebut dengan TEKUN, sampai akhirnya aku berhasil mengetahui semua teorinya. Tetapi selain itu aku juga sering MEMPERHATIKAN sebuah motor, seakan-akan aku sedang mengisi sebuah teka-teki.
Pada suatu hari aku membaca iklan yang menawarkan motor-motor buatan Itali. Dengan membawa uang gajiku dari pemerintah, aku melihat ada sebuah produk motor yang memiliki kekuatan beberapa kali tenaga kuda. Harganya sama dengan besarnya seluruh gajiku. Tetapi aku tidak peduli. Aku kuras semua uang simpananku untuk membeli motor made in Itali tersebut yang bobotnya sangat berat sekali. Sesampai di kamar, aku letakkan benda itu di atas bantal. Aku mengamati-amatinya, seperti sedang mengamati sebuah mahkota yang terbuat dari mutiara. Aku berkata dalam batin, “Inilah rahasia kekuatan Eropa. Seandainya aku bisa membuat motor seperti ini, aku akan sanggup merubah sejarah Jepang.” Aku PERHATIKAN dengan SEKSAMA, benda ini terdiri dari beberapa komponen yang memiliki bentuk, berbagai karakter, unsur-unsur magnit, kabel-kabel jaringan, roda, gigi roda dan lain sebagainya. Seandainya aku lepas komponen-kompenen tersebut lalu aku berhasil menyusunnya kembali seperti semula, paling tidak satu langkah aku sudah bisa mengetahui rahasia model produk dari Eropa.

Selama tiga hari dengan TEKUN aku terus mengutak-atik motor produk Itali yang sudah aku lepaskan komponen-komponen tersebut. Dan dengan mencocokkan satu persatu dengan teori dan petunjuk buku-buku yang diberikan oleh para dosenku, akhirnya aku berhasil menyusunnya kembali seperti semula. Aku merasa puas Karena usahaku selama tiga hari berturut-turut yang hanya sempat makan satu kali sehari dan tidur hanya sebentar saja, ternyata membuahkan hasil.
Aku bawa berita keberhasilanku kepada pimpinan delegasi. Ia Nampak sangat gembira sekali. Ia memujiku dengan mengatakan, “Bagus sekali apa yang telah berhasil kamu lakukan ini. Sekarang aku akan mengujimu, aku akan membawakan untukmu sebuah motor yang sudah tak terpakai. Kamu lepaskan komponen-komponennya. Kamu temukan letak kerusakan-kerusakannya lalu kamu perbaiki, sampai motor itu bisa digunakan kembali.”
Untuk tugas berat itu aku diberi waktu selama sepuluh hari. Dalam waktu yang relatif singkat tersebut aku harus mengetahui kerusakan-kerusakan motor tersebut. Karena ada tiga komponennya yang sudah tidak bisa dipakai lagi, maka aku harus membuatnya sendiri dengan menggunakan alat palu dan kikir.
Setelah berhasil, ketua delegasi yang menjadi penasehat spiritualku mengatakan, “Sekarang kamu harus bisa membuat sendiri komponen-komponennya.” Untuk tugas ini aku lebih memilih untuk melakukan studi banding di pabrik-pabrik peleburan besi, peleburan tima, dan peleburan aluminium, dari pada menyiapkan tesis doktoral seperti yang disarankan oleh dosenku warga Jerman.

Aku lalu memutuskan mendekati seorang karyawan pabrik tersebut untuk menimba ilmu serta pengalamamn darinya. Kendati untuk itu aku HARUS RELA DIJADIKAN PELAYANNYA. Aku turuti semua perintahnya, seakan-akan ia seorang bos besar. Padahal di negeriku aku berasal dari keluarga Samurai. Tetapi demi masa depan Jepang aku rela melakukan segalanya. Selama sepuluh sampai lima belas jam sehari aku bekerja di pabrik itu. Malam harinya aku masih harus mendapat giliran jaga. Dan dalam waktu senggang itulah aku gunakan untuk TERUS BELAJAR SENDIRI.
Begitu Mikado pengusa Jepang mengetahui prestasiku, secara khusus ia mengirimi aku uang sebanyak lima ribu keping emas Inggris. Uang itu lalu aku pakai semuanya untuk membeli beberapa peralatan pabrik motor dan beberapa peralatan lainnya yang aku butuhkan, sehingga ketika akan pulang ke Jepang aku sudah tidak punya uang sama sekali. Bahkan semua gajiku habis tanpa ada yang tersisa sedikit pun.
Begitu tiba di Nagasaki, aku mendengar informasi bahwa Mikado ingin bertemu denganku. Tetapi aku tolak. Aku baru berhak bertemu dengannya setelah aku berhasil membuat motor sendiri. Dan untuk tugas berat itu aku menghabiskan waktu selama TUJUH TAHUN.
Pada suatu hari yang sangat mebahagiakan itu, bersama asistenku aku membawa sepuluh unit motor produk Jepang berbentuk potongan-potongan komponen. Kami bertemu dengan kaisar Mikado. Setelah saling memberi hormat, sambil tersenyum lebar ia berkata, “Ini lebih manis dari pada alunan musik yang biasa aku dengar. Inilah suara motor khas Jepang.”
Dengan demikian kami bangsa Jepang berhasil memiliki model yang menjadi rahasia kekuatan orang-orang Barat. Kami berhasil membawanya ke Jepang. Kami bawa kekuatan Eropa ke Jepang. Dan kami bawa Jepang ke Barat.
Seseorang yang pernah hidup satu asrama dengan para pelajar Jepang yang dikirim ke Amerika untuk tugas belajar mengatakan kesannya. “Kadang-kadang mereka betah berada di perpustakaan kampus hingga tengah malam. Bahkan ada salah seorang dari mereka yang tidak mau pulang, tetapi memilih tidur di kursi kelasnya sambil menunggu pelajaran hari berikutnya.”
Ustad Muhammad Ahmad ar-Rasyid hafizhahullah mengatakan,
“Pada suatu hari aku pernah menganjurkan kepada seorang mahasiswa Arab belajar secara privat dengan Ustadz Fuad Sarkin di kediamannya di Frankfrut. Tetapi ustadz Sarkin mensyaratkan, si mahasiswa harus mau belajar kepadanya minimal enam jam setiap hari. Ia tidak mau. Setelah itu Ustadz Sarkin memberi kabar kepadaku bahwa ada beberapa mahasiswa Jepang yang sedang belajar di lembaga pendidikannya. Mereka sedang menekuni tulisan-tulisan Arab. Mereka mau memenuhi syarat yang diajukan oleh Ustadz Sarkin. Coba, pikirkan.

Copy paste dari buku:
The Power of Idea, Meraih Cita-Cita dengan semangat membara karya M. Ahmad Ismail, Robbani Press (judul asli: Uluwwul Himmah, penerbit Daru Thayyibah al-Khadra’ Mekkah Mukaromah, 1422H/2001M, cetakan IX).
semoga kisah ini dapat melejitkan semangaaaatt kita.. ^-^